.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

Sabtu, 02 April 2011

Persaudaraan Pendongeng Muslim

Kak Dewi 08562878948
Kak Joko 08156589613
Kang Deden 085228266195http://masdeden.blogspot.com
  
Kak Kempo 081325543899     
Kak Jun 08562607720      

Cara sederhana menangani gangguan bicara anak

Oleh : Drs. H. Juhanudin, D. Sp. Ed

Hambatan/gangguan komunikasi bisa terjadi pada aspek bahasa, artikulasi, suara dan kelancaran. Penanganan hambatan/gangguan komunikasi perlu dilakukan secara terpadu, dengan melibatkan multidisipliner, yang terdiri dari dokter spesialis, psikolog, terapis, orangtua, guru, dan lingkungan, serta perlu dilakukan sedini mungkin. Keterlambatan perkembangan bahasabicara (delayed speech language development) ini bisa terjadi sejak bayi sampai tercapainya kemampuan berbahasa/berbicara secara menyeluruh (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantisnya) yang diperkirakan pada usia 8 tahun. Tanda-tanda gangguan bicara/bahasa antara lain :
  1. Tidak memahami bicara orang lain,
  2. Tidak menguingkapkan isi hati dan pikirannya secara verbal maupun non verbal,
  3. Tampak sulit dalam mengujarkan kata-kata,
  4. Bicara tidak/kurang jelas dan sulit dipahami orang lain,
  5. Tidak bisa bersuara,
  6. Suara atau irama bicara menarik perhatian orang lain,
  7. Adanya Echolaka atau mengulang-ulang bicara orang lain.
Di bawah ini adalah tips bagi para orangtua yang diamanati anak dengan masalah dalam bicara :
  1. Ciptakanlah suasana bermain yang menyenangkan pada saat berkomunikasi dengan anak. Mulailah dengan sesuatu yangdisukai si anak, misalnya melakukan gerakanImitation atau meniru apa yang dilakukan anak, untuk memancing ketertarikan si anak.
  2. Menimbulkan rasa senang dan memancing perhatian anak agar anak senang berbicara, jangan terlihat sedang mengajar si anak.
  3. Merangsang anak untuk bicara, dengan mengulang-ulang apa yang kita ucapkan, kemudian memberikan reward pujian atau makanan yang disukai. Cari tahu kesenangan anak. Misalnya anak senang es krim, perlihatkan es krim, apabila si anak memberikan respon misalkan keluar kata "U", berikan es krimnya. berikutnya tunjukkan lagi es krim sambil bertanya "mau?" Ketika anak menjawab, berikan es krim. Aktifitas ini bisa diulang satu dua kali.
  4. Ketika anak sudah senang bicara maka ia akan cepat mampu bicara. Jangan melecehkan bahasa anak, misalnya karena ia salah mengucapkan. Bila anak merasa bahasanya dilecehkan, bisa saja menyebabkan anak mogok atau trauma bicara terhadap orang - orang yang melecehkannya. Jadi, ketika anak menunjuk ke bolanya yang jatuh sambil berkata "ola atuh", lebih baik kita sambut dengan "oo, bola adik jatuh ya?" Jadi bukannya dikoreksi dengan, misalnya, "ngomongnya salah, bukan begitu",'sudah gede kok ngomongnya masih enggak jelas','yang benar ngomongnya begini', dan lain sebagainya.
  5. Kata kuncinya dalam belajar bicara adalah pendekatan ke anak, sehingga anak nyaman untuk berkomunikasi. Jangan sampai ada pemolakan dari si anak.
  6. Merekam suara anak - anak yang sudah bicara untuk disengarkan kepada anak. Anak lebih tertarik dengan rekaman suara anak - anak daripada mendengarkan rekaman suara orang dewasa.
  7. Segala aktivitas harus dibahasakan, misalkan pada saat mandi, ibu atau bapak sebaiknya membahasakan aktivitas mandi, seperti “Nak, sabunnya wangi sekali ya”, “aduh airnya dingin”, “ayo, bersihkan tangan pakai sabun, supaya tangannya bersih”. Apa pun yang berhubungan dengan aktivitas anak, bisa kita bahasakan, agar anak terbiasa berkomunikasi.
  8. Self talk, bercerita/membahasakan apa yang sedang dilakukan oleh orang tua, misalnya ayah sekarang sedang makan, ini buah mangga, rasanya manis, dan seterusnya. Parallel talk, membahasakan aktivitas anak dengan bahasa sederhana, “adik senang main bola yah, bolanya bundar, ayo kejar bolanya, oh kaki adik kotor (sambil memegang kakinya yang kotor)” dan seterusnya.
  9. Untuk anak tunarungu, pengulangan bicara dilakukan berhadapan dengan posisi wajah kita sejajar dengan wajah anak agar alat bicara kita langsung terlihat oleh anak (face to face/ sejajar). Perhatikan agar kita menghadap datangnya sinar agar alat ucap kita bisa terlihat jelas oleh si anak. Berikan kesempatan pada anak untuk lips reading/speeks reading/membaca ujaran (speech reading) yang kita lafalkan dengan jelas, dengan kecepatan yang sewajarnya.
  10. Gaya bicara anak-anak (baby talk) pada orang tua perlu dihindari . Seringkali orangtua melafalkan bahasa yang lucu, seperti bahasa anak. Kita harus bicara dengan benar. Misalkan anak melafalkan ‘mum ma’, kita orang tua/dewasa perlu membahasakan kata-kata yang belum jelas ‘oh adik mau makan’, di ulang-ulang.
  11. Lihat kemampuan dasar anak, dengan membahasakan hal-hal yang kongkrit.
  12. Berikan konsep berbahasa pada benda asli dan tiruan; misalkan ketika mengajarkan konsep cangkir, berikan beberapa macam cangkir. Sehingga anak dapat menyimpulkan, misalnya, cangkir punya kuping, beda dengan gelas. Juga misalnya pisang, ada beragam pisang dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam.
  13. Untuk anak gagap, jangan sampai anak menyadari adanya problem gagap (stuttering). Karena bila disadari, apalagi dipermasalahkan, maka ia akan merasa terbebani, sehingga semakin gagap. Gagap terjadi pada kata yang diawali dengan konsonan (misalnya kata yang dimulai dengan huruf b, k, t dan juga konsonan lainnya). Mengapa anak gagap? Seorang ahli mengatakan “sekian banyak penderita gagap, sekian banyak pula juga penyebabnya.” Yang lebih banyak problem psikologis. Tapi yang jelas biasanya penderita gagap terbilang cerdas.

ANak spesial


Anak special khusus
Perkembangan seksual pada usia remaja tidak hanya terjadi pada anak normal, tapi juga dialami oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dengan adanya kematangan primer dan sekunder, maka hormon-hormon seksual sudah mulai berfungsi, sehingga sudah ada dorongan seksual pada anak tersebut. Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Sorensen, remaja normal cenderung melakukan masturbasi, yaitu sekitar 50% pada anak perempuan, sedang laki-laki dilaporkan sebagian besar dari mereka melakukannya. Sedang pada anak autis atau anak yang mengalami keterlambatan mental, sekitar 63% mereka melakukan masturbasi dan 10% dari mereka mengalami dengan frekuensi tinggi, atau melakukannya setiap saat. Ini menunjukkan bahwa anak autis mau pun anak normal sama-sama memiliki dorongan seksual. Hanya saja anak autis lebih banyak kurang bisa mengekspresikannya dengan tepat.

Mengajarkan seksualitas pada anak berkebutuhan khusus tentu bukan hal yang mudah karena mereka kurang memiliki fleksibilitas dalam berpikir juga dalam pemahamannya sangat terbatas. Menurut John Mortlock, kita bisa memberikan pendidikan seksual pada ABK dengan beberapa latihan :

1. Perilaku yang diperbolehkan

Kita melatih anak secara proaktif mengenai model-model tingkah laku yang berupa kontak fisik yang bisa diterima oleh lingkungan sekitar (sebagai tindakan orang dewasa). Di sini anak diharapkan tahu mengenai perilaku (berupa kontak fisik) yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Untuk itu kita perlu memodifikasi perilaku kita terhadap dirinya. Sejak anak mulai beranjak pubertas atau remaja, tidak ada alasan untuk memberikan pujian yang berlebihan sebagai “good boy” mau pun “nice girl” sambil mungkin diberi tepuk tangan atau tos tangan. Pujian tetap diberikan tetapi dengan cara yang lebih tepat, sesuai keadaan anak yang sudah beranjak dewasa. Terlebih yang harus diperhatikan adalah pemberian pelukan, ciuman atau usapan/elusan lebih berhati-hati. Dan ia perlu mengetahui dengan siapa boleh memeluk orang dewasa.

2. Pengelompokan sesuai dengan jenis kelamin
Mengajarkan pada anak untuk betul-betul menyadari bahwa ia masuk pada satu jenis kelamin tertentu, dan kita perlu melatihnya agar ia tahu benar aktivitas yang merupakan respon yang tepat dalam situasi sosial orang dewasa. Hal yang menjadi dasar adalah pemahaman identifikasi tentang jenis kelamin dirinya sendiri dan orang lain. Walau pun untuk anak-anak autis hal ini bukan hal mudah, misalnya laki-laki memakai celana dan wanita memakai rok, tetapi anak akan bingung bila wanita memakai celana panjang atau laki-laki berambut panjang.


3. Etika sosial
Mereka diajarkan untuk mengerti dan mampu bertindak sesuai dengan etika atau sopan santun. Misalnya: mereka mesti mengerti bahwa lari-lari tanpa baju dari kamar mandi ke kamar ganti tidak lagi pantas dilakukan. Bila ia seorang wanita maka ia harus menyadari bahwa payudaranya sudah tumbuh jadi harus ditutup. Ajarkan agar ia bisa memilih toilet yang sesuai dengannya, ia harus tahu bagian tubuh yang mana yang biasa disentuh, baik tubuhnya sendiri mau pun orang lain.


MASTURBASI
Masturbasi menjadi hal yang umum saat anak beranjak remaja, begitupun pada anak berkebutuhan khusus. Namun, pada ABK seringkali mempunyai beberapa masalah, antara lain:

a. melakukan masturbasi dengan tidak tepat.
Beberapa anak melakukan masturbasi dengan cara kurang tepat dan ada kemungkinan membahayakan kesehatannya, misalnya dengan memasukkan benda-benda yang bisa menimbulkan iritasi. Karena itu, mereka juga harus diajarkan masturbasi yang benar termasuk cara-cara membersihkannya.

b. masturbasi berlebihan (excessive masturbation)
Melakukan masturbasi dengan berlebihan, baik secara kuantitas mau pun tempatnya. Untuk itu kita harus mengajarkan dua hal, yaitu tentang tempat dan waktu. Secara intensi kita mengajarkan dimana dia boleh melakukannya (misalnya ia hanya boleh melakukan di kamar mandi dan atau di kamar tidur). Setelah itu ia mampu, maka biasanya ia akan menjadi lebih sering, tetapi dengan proses yang cukup lama, kita bisa mengurangi frekuensinya dengan memberinya banyak aktivitas yang disukai dan memperpendek waktu berada di kamar tidur.

Hindarkan sikap kecemasan kita yang berlebihan bila melihat anak atau siswa didik kita sedang melakukan masturbasi, apalagi bila kita kemudian melarang dengan memarahinya. Ini akan mengakibatkan ia menjadi ketakutan. Memberi pengertian dan pendidikan bagi anak autis atau anak berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah tetapi diperlukan tindakan yang proaktif, sabar dan simpatik. Dengan pelatihan yang cukup tepat maka anak-anak ini akan melalui masa pubertasnya dengan bahagia